Teori Belajar Behavioristik

 Fokus kajian teori behavioristik adalah pemahaman pada peribahan  perilaku yang diamati, diukur, dan dinilai secara kongkret. Salah satu tokoh yang turut mempopulerkan dan menjadi penggerak uama dari teori ini adalah John Broadus Watson (1878-1958).Pada tahun 1930, teori behavioristik menjadi sistem yang dominan dalam ilmu psikologi di Amerika.

Mungkin saja sebagian dari kita menganggap bahwa psikologi mengkaji sesuatu yang abstrak dan tidak tampak, yaitu "jiwa". Anggapan itu tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, karena justru behaviorisme menolak secara keras unsur-unsur esadaran yang dianggap tidak nyata sebagai objek yang dikajinya.yyang menjadi objek kajiannya justru adalah sesuatu yang tampak, bisa diukur, dan diramalkan. Apakah itu?

Tidak lain adalah "perilaku".

Perilaku merupakan hasil refleksi dari sesuatu yang dipikirkan oleh manusia. Dengan kata lain, isi pikiran tergantung pad refleksi seseorang terhadap lingkungannya, atau dikenal dengan istilah refleksiologi, refleks gerak tubuhnya. Kita dapat menyimpulkan seseorang itu sedang marah, sedih ataupun gembira, dari refleks raut muka. karena refleks gerak tubuh merupakan gambaran dari isi pikiran hati manusia.

Poin penting dari teori ini adalah seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukan perubahan perilaku. Karena itu, perilaku merupakan indikator utama untuk melihat hasil belajar anak didik. Seorang anak belum dapat dikatakan lulus berhitung perkalian apabila ia belum dapat mempraktekannya di dunia nyata. Adanya perubahan perilaku di dunia nyata,menurut teori behaviorisme, menjadi ukuran seseorang berhasil dalam belajar.

Contoh dari teori behavioristik adalah teori pavlov. Teori Pavlov atau classical conditioning merupakan teori yang dipaparkan oleh seorang ahli psikologi Rusia, Ivan Pavlov.


Teori Pavlov adalah pengkondisian klasik yang menggambarkan proses pembelajaran melalui asosiasi stimulus dari lingkungan dan bersifat alamiah.

Dapat diartikan juga bahwa classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan. 

Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui peraturan dan manipulasi lingkungan. 

Untuk menunjukkan teorinya, Pavlov melakukan eksperimen mengenai fungsi kelenjar ludah pada anjing. 

Awalnya, Pavlov memperhatikan anjingnya yang selalu mengeluarkan air liur ketika asistennya memasuki ruangan. 

Untuk mengetahui hal tersebut, Pavlov dan asistennya mengenalkan barang yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan.

Selama proses mengenalkan tersebut, Pavlov tetap mengukur air liur yang diproduksi anjing. Bagi Pavlov, air liur merupakan respons alami, bukan kondisi atau pikiran anjing. 

Selain itu Pavlov menyadari satu hal lagi bahwa tanpa adanya makanan dan bau, air lir anjing tetap keluar. Hal ini menandakan bahwa hal tersebut bukan proses fisiologi semata. 

Nahh teman-teman seperti itulah teori belajar behavioristik yang lebih ke memberikan reward dan Punishment kepada peserta didik, tidak jarang orang tua masih menggunakan cara ini untuk mendidik anak. Teori ini juga memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri diantaranya adalah peserta didik tidak didorong oleh keinginan diri untuk belajar melainkan hanya untuk mendapatkan reward atau takut diberi punishment.

Semoga bermanfaat...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guernica: Ketika Tulisan Teriak

Tatapan Abadi dari Masa Lalu

Hari yang Cerah Redup Seketika