Dimensi-Dimensi Batin Puasa (Al-Dihlawi, Syah Waliyullah- Argumen puncak Allah : kearifan dan dimensi batin syariat)

 Kadang-kadang seseorang memahami, karena Allah memberinya pengetahuan, bahwa sisi fisik kebinatangannya akan mencegahnya dari segala sesuatu yang akan mematuhi kepatuhannya kepada sisi kemalaikatan. Karena itu, ia membenci sisi kebinatangan dan berusaha menghancurkan kekuatannya. Untuk mencapai tujuannya itu, tindakan yang bisa membantunya adalah memelihara lapar, haus, menahan diri dari hubungan sexual, serta mengendalikan lidah, hari, dan anggota tubuhnya. Berpuasa merupakan obat bagi penyakit jiwa. Lalu, muncul seseorang yang dikasihi dan dibimbing oleh para nabi untuk melakukan puasa tanpa mengerti duduk perkaranya, sehingga ia akan memperoleh faedahnya kelak di akhirat, yakni hancurnya sisi kebinatangannya.

Puasa

Kadang-kadang seseorang menyadari bahwa memiliki pembawaan fisik yang mematuhi akal adalah kesempurnaannya, sedangkan pembawaan fisiknya memberontak, kadang-kadang patuh dan kadang-kadang tidak patuh. Dengan demikian, ia memerlukan latihan, sehingga ia melakukan beberapa kebiasaan keras, seperti berpuasa dan membebani beban fisik nya dengan berbagai pantangan untuk memenuhi janjinya. Semakin lama ia menjalani, semakin taat daya kebinatangannya, sehingga ia memperoleh apa yang diinginkannya.

Kadang-kadang ia melakukan dosa, sehingga sebagai upaya untuk menetralisir pengaruh yang ditimbulkan oleh dosa itu ia terus berpuasa selama beberapa hari untuk menekan dan mencegah dirinya dari melakukan hal yang serupa.

Kadang-kadang ia sangat menginginkan perempuan, namun ia tidak mampu untuk menikah dan takut melakukan zina, sehingga ia menaklukkan hawa nafsunya dengan berpuasa, sesuai dengan sabda Nabi saw., "Puasa itu menekan hasrat seksual".

Puasa adalah sebuah kebaikan besar yang menguatkan sisi kemalaikatan dan melemahkan sisi kebinatangannya. Tidak ada yang bisa menandingi puasa dalam hal kemampuannya untuk menghiasi wajah jiwa dan menundukan tabiat fisik. Karena itu, Allah swt. berfirman, "Puasa itu untukku dan aku memberikan pahalanya". Dosa-dosanya akan diampuni seiring dengan berkurangnya bentuk kebinatangannya, dan berkat puasanya itu ia semakin mencapai kemiripan dengan para malaikat, sehingga mereka mencintainya. Melekatnya cinta (para malaikat) membantunya untuk melemahkan sisi kebinatangannya. Inilah makna sabda Nabi saw., "Bau mulut seseorang yang berpuasa lebih wangi bagi Allah daripada wangi-wangian kesturi".

Jika puasa telah menjadi kebiasaan umum, maka ia akan bermanfaat untuk menghindari efek-efek yang ditimbulkan oleh kebiasaan (buruk). Jika suatu masyarakat telah terbiasa berpuasa, maka setan-setan mereka akan dibelenggu, pintu-pintu surga akan dibuka, dan pintu-pintu neraka akan dikunci bagi mereka.

Jika seseorang mencoba menundukan jiwa rendah dan menghilangkan sifat-sifat buruk , maka perbuatannya itu akan memperoleh sebuah bentuk yang suci dari Alam imajinasi. Diantara orang-orang arif ada yang memusatkan perhatiannya kepada bentuk suci ini, dan karenanya ia dianugerahi ilmu dai Alam Gaib, sehingga ia pun mencapai Zat Ilahi dari arah transendensi dan kesucian-Nya. Ini adalah makna sabda Nabi saw., "Puasa itu dilakukan untukku dan Aku yang memberikan pahalanya".

Kadang-kadang seorang manusia mengalami kerugian yang disebabkan karena ia dikuasai oleh urusan-urusan duniawinya dan karena perasaannya diisi oleh rangsangan dari luar. Hal ini dapat disembuhkan dengan cara menyibukan diri untuk beribadah didalam masjid (i'tikaf) yang dibangun untuk melakukan solat, sehinggaia tidak lagi dikuasai dan disibukan oleh urusan-urusan duniawi itu. Walaupun ia tidak dapat sepenuhnya melakukan i'tikaf, sebaiknya ia tidak meninggalkannya sama sekali. Seharusnya ia berusaha untuk meluangkan waktunya dari kesibukannya ilumtuk beri'tikaf di masjid sekemampuannya. Kemudian ada seseorang yang menerima ajaran i'tikaf dari Nabi saw. dan mempercayainya dengan sepenuh hati, lalu ada orang awam yang tak banyak mengerti, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.

Kadang-kadang seseorang melakukan puasa nama ia tidak mampu menyucikan lidahnya kecuali dengan melakukan i'tikaf di masjid. Kadang-kadang ia ingin memperoleh laylah al-qadr dan bergabung dengan para malaikat di malam mulia itu, dan itu semua tak mungkin ia peroleh kecuali dengan melakukan i'tikaf didalam masjid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guernica: Ketika Tulisan Teriak

Tatapan Abadi dari Masa Lalu

Hari yang Cerah Redup Seketika